Catatan Ummu Ghifari

Sabtu, 11 Januari 2020

La Taghdob Walakal Jannah

Assalamualaikum...
 Pagi ini mau sedikit share catatan kecil  tentang pengalaman pribadi tentang "MARAH" semoga dapat mengambil ibrah..

Bismillah...

Astaghfirullah..astaghfirullah..astaghfirullah...
Pagi ini aku berbuat kebodohan dan Alhamdulillah masih dikasih teguran sama Allah, Allah memang cepat sekali pembalasanNya, hikz hikz...
Kualat karena mengumbar marah pagi-pagi padahal karena hal sepele, hanya hati yang tak mau kompromi, padahal harusnya harus bisa menahan emosi.. Aku lupa kalo rasulullah melarang kita untuk marah..


 “La taghdob wa lakal jannah, jangan marah bagimu syurga..”
 
Hadits familiar yang dengan polosnya sering dilontarkan oleh anak-anak yang mengenyam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis islam, terasa seperti hujan dibatasan kemarau, memberikan kesejukan yang telah tersita oleh amarah. Raut wajah lugu mereka merobohkan kemarahan yang kian mengakar dan memuncak. Ternyata, luapan amarah tidak menjadikan seseorang lebih kuat, tetapi justru sebaliknya. Sebagaimana tertulis dalam hadits Muttafaq Alaihi, "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah."Harusnya aku belajar dari salah 1 sahabat sekaligus menantu rasulullah.. Ali bin Abi Thalib...

Alkisah suatu hari dalam sebuah peperangan sahabat Nabi Ali bin Abi Tholib mendapati seorang musuh kafir quraish terdesak dan siap dibunuh. Tetapi ketika Ali akan menghunuskan pedangnya ke musuh tersebut tiba2 si musuh malah meludahi muka sayyidina Ali. Maka seketika itu Ali mukanya memerah pertanda marah dan beliau membatalkan niatnya untuk membunuh orang itu. Si kafir terheran2 dan bertanya pada sayyidina Ali, hai Ali kenapa engkau tidak jadi membunuhku padahal aku sudah terdesak dan akupun sudah siap mati makanya aku meludahi mukamu sebelum aku terbunuh olehmu?. Aku terpuaskan !! Jawab Ali, gimana aku membunuhmu sementara aku marah karena kau telah meludahi mukaku, ketahuilah hai si kafir, aku membunuh bukan sebab marahku tetapi ini kulakukan semata2 mata karena perintah Allah. Maka dari kejadian ini akhirnya si kafir tersebut serta merta mengucapkan kalimah syahadat memeluk Islam karena kagum melihat akhlak sayyida Ali.
Saudaraku sekalian, apa yang bisa tarik pelajaran dari kejadian tersebut diatas? Sesungguhnya segala upaya kita harus bersandar kepada ridlo Allah dan bukan karena emosi menuruti hawa nafsu. Sebab hawa nafsu itu hanya akan membawa kenistaan dan tak bernilai sedikitpun meskipun itu tindakan baik.
Kita sering marah ketika salah paham dengan saudara atau teman kita bahkan sering juga mendengar terjadi pembunuhan karena masalah sepele saja.
Alangkah mudahnya emosi kita tidak terkendali, inilah salah satu indikasi sejauh mana tingkat keimanan kita masih lemah. La taghdob walakal Jannah artinya janganlah kamu marah maka bagimu surga. Orang yang kuat bukanlah yang besar lagi kokoh badanya tetapi orang yang paling mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Bisakah kita dapat melakukan yang demikian? Semoga Allah memberikan taufik & hidayahNya pada kita semua sehingga kita mampu meniru akhlak rasulullah serta sahabatnya..
 
Wallahualam
Moga bermanfaat Aamiin
 
Wasaalam